Namaku Atika Kirani Putri aku memang berbeda dari saudaraku yang lain. disini aku akan menceritakan sebuah hal yang tidak biasa meski tak begitu kasat mata namun nyata untuk aku ungkapkan.
Disuatu malam saat hujan gerimis saat aku dalam perjalanan pulang kerumah namun sulit untuk ku percaya, aku melihat sesuatu yang aneh,berbeda. Aku pun bertanya-tanya apakah ini benar nyata atau hanya ilusi bodohku saja karna hujan gerimis ini?,ujarku dalam hati
Jantung ku berdenyut lebih cepat seluruh tubuh ku bergetar mata ku rasanya inggin ku tutup dengan kedua tangganku, akupun mulai kebingungan dalam hal ini, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku ini? Aku hanya bisa pasrah dan berkata yaAllah apakah ini yang dinamakan kematian? sulit dipercaya. Aku melihatnya seakan begitu nyata. Dia pun menghampiriku dan berbicara seakan berbisik ditelingaku.
Entah apa yang ingin dia katakan. Namun apa daya, aku pun tak bisa mendengarnya. Aku hanya bisa melihatnya. Disaat aku melihatnya, sangat miris keadaan sosok tersebut. Dia menangis disudut jalan dibawah pohon besar dan rindang. Dia sendirian, tubuhnya dilumuri darah. Aku pun mulai ketakutan dan inggin menjauhinya. Namun kaki ku enggan menjauh dari tempat tersebut. Sungguh aku tak berdaya dikala itu, dimana aku hanya bisa terdiam membisu bertanya dalam hati jikalah aku harus memilih, aku pun memilih untuk tidak memiliki keaglian seperti ini. Aku ingin seperti orang pada umumnya saja. Aku mengidap riwayat penyakit yang begitu mematikan, yaitu kelainan jantung. Entah dari mana aku dapat melakukan hal aneh ini? semakin ku coba untuk lepas dari hal yang menakutkan ini semakin aku merasa menyakiti diriku sendiri. Aku memang bodoh yang dulu tidak percaya akan hal gaib. Aku terdiam sesaat, dan ia masih memandangiku. Aku begitu takut sampai tak tau apa yang akan ku lakukan saat itu, tangan ku gemetar, serta tubuhku tak dapat kurasakan.
Sampai aku begitu tersentak setelah dia berlalu dihadapanku aku pun terkulai lemas dan pingsan. Entah apa yang terjadi aku lupa apa yang terjadi semalam, namun yang ku ingat aku dapat melihat sesuatu namun aku tetap tak mau mempercayainya karna bagiku itu hanya mitos. Namun setelah beberapa minggu dari kejadian tersebut aku dapat melihat dengan jelas apa yang selama ini yang pernah kulihat. Sunguh aku terkejut dan ternyata memang nyata. aku terdiam dengan keanehan pada diriku ini. Karna selama ini diriku ini normal dan baik-baik saja. malam ini sepertinya kejadian itu datang lagi setelah beberapa lama tak ku jumpai hal mistis itu.
“Ahhhhh…” aku mendesah perlahan sambil memalingkan muka ku tempat lain, dia berdiri tepat didepan ku dengan wajah yang aneh dan hampir tidak bisa ku jawab dengan kata-kata
“pergi…” usirku dengan nada takut
Dia semakin mendekat, dan selalu mendekat. Aku pun berlari tergesah-gesah tanpa ku perdulikan aku menabrak seseorang yang ada di depanku. Aku melihat kearah yang ku tabrak tadi dengan rasa takut namun pasti. Kulihat dengan perlahan namun dia mengulurkan tanggannya
“kamu tidak apa-apa” tutur nya sopan
Aku hanya mampu mengangukkan kepala dan menerima uluran tanggan darinya. Aneh fikirku dalam hati, kenapa tanggan nya dingin sekali. Saat itulah awal pertemuanku dengan tempatku berbagi curahan hati. Ia pun hanya memberikan anggukan dan sering kali hany sekedar tersenyum saja dan menjawab seadaanya. Perlahan namun pasti, Dia selalu ada disaat yang genting. Tak pernah sekali pun Ia melewatkan sehari tanpa ada disampingku. Namun suatu saat ia pergi tanpa alasan.
“Aneh rasanya kalo Aldo tidak ada disini. kenapa juga gk ada kabar ya ” tanya atika di taman saat kami berada di taman dekat rumah. Sore pun berlalu menjadi malam, Atika pun berjalan menyelurusi jalan kearah rumahnya dengan semangat memasuki halaman rumah bertingkat mewah yang ada didepannya. Atika pun berdiam diri dulu menatap kearah pintu rumah. Dia berada bersama empat orang lainnya yaitu bibi pengasuh nya dari kecil dan dua penjaga gerbang rumahnya karna dua orang lainnya sedang libur.
“Non, Atika sudah pulang” tutur sopan wanita baru bayah tersebut kepada Atika
“Ia bi, baru pulang karna Aldo tadi tidak datang ketaman” ucap Atika lesuh sambil berlalu meninggalkan bibinya didepan pintu rumah.
Didalam kamar Atika sangat bosan, karna kedua saudaranya pergi kerumah nenek dan sedangkan Aldo entah kemana tak ada kabarnya. Hingga mata Atika pun terasa berat dan akhirnya terlelap tertidur. Paginya Atika dibanggunkan suara mamahnya yang terdengar melengking dari lantai 1 rumahnya. Dengan sedikit malas Atika pun berajak dari kasurnya menujuh, kebawah untuk makan bersama keluarganya dimeja makan.
“Lama banget sih. sayang turunnya” kata mamah Atika sambil mencium kening atika
“Gak apa-apa mah, oh ya, sekarang jam berapa?. soalnya Atika ada kuliah pagi” tuturnya kepada sang Mama
“Sayang ini baru pagi, mana ada orang kulia jam setengah 7” ujar mamanya kepada Atika
“Ia, ngapain juga pagi-pagi udah di kampus, emang mau ketemu sama siapa sih” timpal kakaknya Atika yang bernama Denis
“Gak ketemu siapa-siapa sih kak, hanya saja ingin cepat tiba di kampus jadi bisa santai dan gak kena macet” tutur Atika sambil beranjak pergi meninggalkan meja makan
“Mau diantar sopir atau barengan sama kakak aja tik” ucap Denis sambil mengusap kepala Atika
“Ya udah, tapi kakak hobbi banget merusak makup adiknya yang cantik ini” Tika mendengus kesal
Akhirnya Atika dan Denis pun memasuki mobil. Diperjalanan Denis bertanya-tanya tentang teman adiknya yang sering Ia dengar dari bibi yang sering diajak Atika ke rumah.
“Siapa tik temen cowok kamu yang sering main kerumah” tutur kakak nya bertanya dengan lembut
“oh… si Aldo ya kak”ujar Tika kepada kakaknya
“Aldo namanya, emang dia kuliah dimana tinggal dimana” buru sang kakak bertanya panjang lebar
“Ihhhhh… kak Denis kepo deh, tumben kakak nanya tentang teman tika” sembari melihat kearah Denis yang sedang menyetir
“Ya gak apa-apa, kan bisa saja kakak pengen ketemu dan kenalan gitu” ujar Denis menunjukan wajah datarnya. .
“Kak kenapa ruang lorong atas itu gak pernah ada orang kesana” ucap tika penasaran
“Ga apa apa si Tik, hanya kata bibi kalo malam disana sering kedengaran suara aneh yang muncul dari pintu lorong itu” tutur Dimas panjang lebar kepada adiknya.
Atika hanya mampu bungkam saat Denis sudah seperti itu.
Atika dan Denis pun tiba dikampus. Atika pun pergi dari dalam mobil menujuh keruang kelasnya. Dilihat dari sudut mana pun kampusnya masih tetap sama, sepih karna dia tidak mempunyai seorang teman selain Aldo. Tapi kini orang yang slalu menjadi temannya dimana pun itu tidak ada kabar dan entah kemana. Setelah pelajaran berakhir tika pun mengambil handphone nya, lalu Ia menghubungi kakak keduanya. Terlihat dari layar handpjone terpampang nama Firdan. suara ringtone masuk telponnya masih terdengar karna belum diangkat.
“Hallo..” saut Firdan sambil nafasnya tidak beraturan
“Kakak jadi gak sih jemput Tika, Tika udah lama banget menunggu di dapean” kata-katanya masih mengantung melihat mobil mewah didepannya.
“Tik, kenapa kakak kamu gak jemput ya?…mau bareng gak” tutur lelaki didepannya
“Gak deh Dit soalnya gue lagi menunggu jemputan kakak” tutur Tika sopan
“Ya udah, gue duluan ya Tik” ucap Adit kepada tika sambil berlalu pergi
Beberapa saat kemudian, Firdan pun datang menjemput Tika dikampus, dilihatnya sang adik diam termenung duduk didepan area parkir kampus.Dan tiba-tiba Atika pun dikejutkan dengan teriskan Firdan dari kejauhan
“Tika, udah belom ngelamunnya” ujar Firdan menyadarkan Tika dari lamunan nya
“Ia kak, tunggu sebentar, Tika masukin buku dulu” sembari berjalan menuju arah mobil Firdan. Didalam mobil Atika hanya bungkam dan seperti banyak yang difikiran. Firdan yang sedari tadi menyadari itu hanya diam dan membiarkan Atika seperti itu. tiba didepan rumah Atika pun tergesah-gesah menuju ruang tamu dan merebahkan badannya disofa.
Malam ini dua saudaranya kayaknya lembur dikantor sedangkan Mama sibuk dirumah sakit.
“ Malam ini serasa sepih kembali” ucap Atika terlihat lesuh
“Ia non…” jawab bibinya
Malam ini seperti biasa hany ada Atika, Bibi dan pegawai rumah yang lain. Bosan yang melanda datang pada Atika hingga Ia pun melangkahkan kaki nya kelantai tiga rumahnya. Tanpa sengaja Ia memasuki lorong tersebut yang sempat Ia tanyakan kepada sang kakak. Perjalanan serasa begitu amat panjang di lorong tersebut. Tiba disuatu ruangan aku mulai membuka pintu dari sekian banyak pilihan pintu. Aku pun mulai melangkahkan kaki kedalam ruangan tersebut, aku dikagetkan dengan kehadiran wanita cantik yang berambut panjang dengan pakaian seperti putri kraton. Sosok pun berlalu pergi seakan inggin menuntunku bagaimana dia menjalani hidup dan sampai kematiannya. Aku pun amat terkejut saat melihat dihadapanku. Ketika aku mulai inggin melangkah kan kaki memasuki kamar. Darah yang menetes dari atas , saat itu pun langkahku sesat terhenti dan melihat kearah tetesan darah tersebut. Aku pun kembali dikejutan dengan sosok yang tadi ku lihat. Tubuhnya bermandikan darah yang tepat berada di atas tetesan yang sempat menghentikan langkahku. Berbeda sekali dengan awal saat ku bertemu dengannya didepan pintu. Dengan tanggan yang penuh luka, Ia tercekik tali yang melilit dileher indahnya. Aku hanya terdiam dan meneteskan dan melihat gerak-gerik badannya kini perlahan mulai hilang dan kaku. Hanya darah tanggannya yang terus menetes mengikuti arah terakhir mengalir dilantai dibawah. Aku yang sedari tadi hanya diam saja mengikuti arah jalan cerita wanita itu lalu tanpa kusadari aku pun terjatuh pingsan diruangan itu.
Sinar pagi pun tepat jatuh di wajuahku yang datang dari cela kaca jendela kamar. Aku terbanggun dan betapa terkejutnya mengapa aku sudah ada dikamarku, padahal tadi malam aku dilantai 3 dilorong yang penuh dengan tragedi yang menyedihkan itu. Sejenak aku terdiam karna kakak ku Denis telah tertidur dikursi kamarku sambil memegang tangganku. Perlahan namun pasti aku membangunkan sang kakak.
“Kak…kak Denis” sembari mengoyangkan lengan kirinya kak Denis
“Hemzzz… kenpa Tik?, udah bangun rupanya” tuturnya letih serasa begadang semalaman
“Ia, emang tadi malam kenapa kok kakak bisa ada dikamarku” buruku sedikit penasaran
“Enggak, hanya kamu semalam dicari bik ijah, waktu ketemu kamu udah pingsan dikamar lorong lantai atas” ujarnya dengan perlahan
“Kenapa Tika bisa disana kakak ” Tanya Tika
“Kalo kakak tau kenapa kakak cari-cari kamu adik ku sayang” Sembari berlalu dari kamar Tika
Seperti biasa keseharian Tika hanya kekampus terus pulang kerumah. Karena kuliah nya hari ini agak telat Ia pun pergi ke perpustakaan kampus. Tak sengaja Ia melihat seorang laki-laki yang tidak asing lagi.
“Aldo kemana aja shi kamu? gak ada kabar, gak pernah main kerumah lagi ?” tuturnya panjang lebar kepada laki-laku yang lama tak Ia jumpai tersebut
“Maaf karna beberapa waktu kemarin gak pernah kasih kabar kamu. Aku lagi ada urusan jadi lupa yang tak bisa di tinggalkan” tuturnya dengan santai
“Kamu mah, enak tinggal jawab kayak gituh?” saut Tika sedih
“Emang ada kejadian apa, coba sampai kamu kayak gitu ? ”godanya kepada Atika
“Aku khawatir sama loh,” Sembari menangis dan berlalu meninggalkan Aldo dilorong perpustakaan. Aldo pun berlari memanggil Atika yang berada jauh meninggalkannya. Atika pun tak menghiraukan panggilan Aldo dan terus berlari menjauh. “bruuak” Tiba-tiba Atika menabrak seseorang dari depannya.
“Maaf” ucap Atika dan terus berlari tanpa melihat siapa yang Ia tabra., Atika berlari kearah belakang kampus.
“Lihat si Aldo mana ada mengejar atau menahan tangganku, Ia malahan gak…” tidak meneruskan ucapnya
“Kenapa,,,?”ujar Adit yang bertemu Tika di halaman belakang kampus
“Gak apa-apa” ucap Tika sinis
“Kok Gak apa-apa, tapi keliatan banget kalau kamu nya lagi ada masalahnya” jawab Adit
“Gak ada, kenapa sih kamu itu sering banget mengganguku ”ujar Tika sembari inggin pergi
“Kenapa kamu gak suka ya” timpal Adit sembari memegang tanggan Tika
Tika yang sedari tadi tak kuasa menahan tangisnya, akhirnya pecah dirangkulan Aditya Mahesa. Namun Atika tidak menepis kalo sebenarnya dia nyaman didekat Adit .Hanya saja karna ego nya terlalu besar dan slalu mementingkan Aldo yang selama ini hilang dan tiba-tiba hadir Kembali.
Setelah kejadian belakang halam kampus itu Adit dan Atika pun semakin dekat meski terkadang Aldo selalu ada buat Tika. Kejadian malam itu datang lagi setelah lama tidak terulang lagi. Malam yang dingin ini membuat Atika kembali untuk menujuh kelantai 3 yang sepih tanpa ada seseorang. Atika berteriak melihat lelaki muda yang sebaya dengannya tanpa kaki namun bisa berjalan dengan baik menggunakan tongkat untuk penyangah. Laki-laki itu menujuh kearah Atika dan menarik tanggan Atika agar Ia memasuki ruang yang terdapat kamar mandi tersebut namun Atika tetap menurut untuk pergi bersama lelaki tersebut. Disana dilihat Atika laki-laki tersebut duduk didekat jendela menghadap ke arah yang sedang Ia lihat. Lelaki tersebut tersenyum, namun senyumannya seketika berubah, lalu nampak jelas kecewa dan rasa marah pada dirinya. Kemarahannya tersebut tertuju pada istrinya yang pulang begitu larut. Sang Istri pun tak terima dan turut marah lalu mendorong sang suami hingga terjatuh. Saat itulah terjadi percekcokan antar keduanya. Lalu secara tiba – tiba seorang laki-laki tersebut mengamil pisau dan bermaksud untuk menancapkan kepada sang Istri. Namun tak disangka lelaki tersebut malah menacapkan pisau tersebut kepada dirinya sendiri. Darah pun mengalir berceceran dari dada yang tertancap sebuah pisau belati tersebut. Sang hanya terdiam lalu Ia memutuskan untuk pergi dari kamar tersebut.
Aku yang melihat kejadian tragis itu ingin bermaksud untuk menolong. Namun, tanganku tak dapat menyetuh tubuh lelaki yang berlumuran darah tersebut.
“Kenapa tidak bisa ” aku terus inggin menyentuh lelaki tersebut namun masih tidak bisa
“Kamu manusia aku bukan” tutur lelaki tersebut dan tersenyum kearah ku
Aku bergidik ngeri dan tak percaya dia masih bisa bicara kepadaku. Namun perlahan-lahan lelaki pelan-pelan menghilang dari hadapanku. Kini hanya ada aku di dalam ruangan tersebut, lalu aku berlari tergesai keluar dari ruangan.
Di tengah pelarianku aku terkejut melihat seorang pria.
“Aldo kenapa kamu ada dilorong ini?, cepat pergi aldo” tuturku sambil menarik tanggan Aldo. Namun usaha ku sia-sia, Aldo hanya memandangi kearah langit-langit yang menurutku tidak ada yang aneh. Mata ku tertuju kepadanya dan berlalu pergi meninggalkanku, lalu berhentii disudut ruangan. Terakhir aku melihat dengan mata kepala ku Aldo memasuki sebuah ruangan yang berada di sudut. Lalu aku beranjang mengikutinya. Sesampainya di ruangan tersebut aku sangat terkejut dibuatnya, sebuah pas photo berjejer memenuhi sudut-sudut ruangan tersebut. Dengan perlahan aku melihat lebih dekat. Yang lebih tak bisa kupercaya foto-foto yang berjejer tersebut adalah fotodiriku sendiri dengan berbagai tema dan baground yang berbeda-beda. Diantarnya terdapat fotoku bersamanya sedangduduk ditaman. Namun setelah ku pikir-pikir aku dan Aldo tidak berphoto dengannya ketika di taman. Ketika berbincang dikampus saja apabila ada seseorang yang berada disekitar kami. Namun kenapa begitu banyak photo bersamanya, tanyaku dalam hati.
“Aldo….”panggilku bergetar melihatnya
Aldo hanya terdiam membisu seakan aku tidak pernah ada. Lalu Aldo pergi berlalu meninggalkan ku diruangan tersebut. Ia pergi kearah WC, aku pun hanya diam termenung menunggu Aldo keluar WC. Namun setelah sekian lama aku menunggu, Aldo tak kunjung keluar. Lalu aku mencoba memberanikan diri untuk membuka perlahan WC tersebut. Betapa terkejutnya diriku. Aku melihat Aldo terbujur kaku dengan wajah pucat pasi dan darah yang mengalir dibagian kepalanya Ia yang tergeletak di lantai WC berukurang 1 x 2 m tersebut.
‘Aldo,,,,”terikan ku spontan mendekatinya.
Namun saat inggin ku sentuh tubuhnya namun tidak bisa. Air mataku tiba-tiba mengalir tanpa kusadari dan semakin menjadi-jadi, lalu Aldo pun hilang entah kemana.
Tak lama kemudian terdengar suara.
“Atika kamu dimana sayang” suara sorang wanita berteriak histeris dilorong depan kamar.
“Tika….jangan main-main cepat keluar” Sambung suara seorang Pria.
“Non Atika” suara ramai dari orang yang sedari tadi memangil namun aku masih bungkam dan menangis sejadi-jadinya.
“BRAK!!! “suara pintu dibuka secara paksa. Ternyata kakak ku Firdan, Mama dan yang lainnya datang mengampiriku.
“Tikaaaaa” pekik kak Denis dengan rasa khawatir
“Kakak kok Aldo kayak gitu kakak?” tunjukku kearah Aldo yang tergeletak dilantai. Namun kak Denis hanya memeluk dan menarikku keluar dari ruangan lorong lantai 3 tersebut. Aku yang sedari tadi hanya memanggil nama Aldo terus mengangis.
akhir nya kakak ku Firdan angkat bicara
‘Kamu tau kan Aldo itu sudah gak ada lagi, Dia udah meninggal 3 tahun lalu Tika”ujar kakakku
“Enggak.Dia gak ninggalin Tika kak, selama ini Aldo selalu ada buat Tika” ujarku yang terus menangis
“Tika sadar, foto yang ada diruangan itu terlihat jelas kalau Aldo itu udah gak ada” ujar Denis yang turut meyakinkanku.
“Aldo itu sebaya sama kakak Tika, Dia sudah meninggal sekitar 3 tahun lalu” ujar Firdan memecahkan teka teki selama ini
“Aku gak percaya kak” ujarku histeris. Hingga akhirnya Firdan membuka album foto semasa mereka SMA dan kuliah. Aku terkulai lemas melihatnya, lalu aku kembali pingsan dipangkuan kakakku.
Paginya, aku diajak kak Firdan untuk pergi ke makam Aldo yang berada 1 km dari rumahku. Terlihat disana hamparan makam berbaris rapi. Lalu mataku tertujh dengan satu makam yang bertuliskan Aldo Alperanata. Aku hanya terdiam, namun air mataku yang terus mengalir” apakah inilah akhir ceritaku” ucapku dalam hati sambil mengusap makam Aldo.
Tak lupa kakak ku memberikan sebuah surat kecil berwarna kuning dan bertuliskan “To: Atika Kirani Putri”. Sangat jelas terpamapang namaku di sepucuk surat tersebut. Dengan perlahan kubuka dan terdapat beberapa foto serta surat kecil yang menyelip diantaranya.
‘Hai Atika hari ini cerah banget ya, kamu pasti gak nyangka kalau aku
ini suka banget sama kamu.Sampa-sampai kamu bisa lihat sendiri isi
kamarku penuh dengan hadiah dan foto-foto kamu.
Oh ya, masalah hadiahnya maaf gak pernah sampai ketanggan kamu.
Karena aku lebih baik kasih lewat kakak kamu.
Karena aku takut bila kamu akan membuang hadiah yang ku berikan kepada.
Namun semoga kado kali ini yang kuberikan dapat kamu terima. Dan juga aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu Tika. Bagiku kamu adalah wanita yang kuat Tika.
HBD ya Tika, sampai ketemu nanti malam”
From: Aldo Alperanata
Karya : Ayu Lestari